Mengelola dan Menjaga Hutan Aik Berik
Oleh: Murdani
Kala melewati desa di tepian hutan ini, di pekarangan rumah warga akan ditemui beragam tanaman terutama buah-buahan. Ada pala, lobe-lobe, rambutan, manggis, alpukat, durian, kepundung dan banyak lagi. Jarang ada halaman kosong. Inilah Desa Aik Berik, Kecamatan Batukliang, Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Daerah ini, memang menjadi wisata agro di Lombok. Buah dan produk olahan serta hasil hutan banyak dihasilkan dari sini. Ada pala dengan beragam olahan, dari dodol, manisan, sampai sirup. Buah lobe-lobe juga menjadi manisan dan dodol. Ada kopi, gula aren maupun madu. Tak hanya wisata agro, desa yang menjadi pemasok air bagi Lombok Tengah ini juga memiliki dua air terjun nan indah, yakni, Benang Kelambu dan Benang Stokel.
Desa Air Berik ini juga bagian Hutan Kemasyarakatan (HKm), di Kecamatan Batukliang. Desa ini memiliki luas 4.187 hektar, seluas sawah 418 hektar dan lahan kering 3.765 hektar. Penggunaan lahan di desa ini sebagai pekarangan 42 hektar, kebun rakyat 236 hektar, lain-lain delapan hektar dan hutan negara 3.483 hektar. Dalam hutan negara inilah terdapat HKm seluas 840 hektar.
Tokoh masyarakat Aik Berik sekaligus Ketua Pengelola HKm, Marwi menceritakan, kala belum mendapatkan hak kelola, warga sulit masuk hutan. Parahnya, bukan membuat hutan terjaga, malah pembalakan terjadi di mana-mana. Hutan rusak. “Sudahlah warga sekitar hutan miskin tak bisa masuk hutan, hutan juga rusak,” katanya.
Konflik antara warga—yang dilarang masuk hutan dengan pemerintah, Taman Nasional Gunung Rinjani—berlangsung lama. Akhirnya, warga mengajukan izin HKm. Bukan urusan mudah juga mendapatkan izin hutan kelola rakyat ini. Proses lama. Mulai pembahasan 1995, lalu pra kondisi 1999-2000. Pada 2000, dapat izin sementara seluas 1.042 hektar di Kecamatan Batukliang. Baru pada 2007, izin HKm keluar dari Kementerian Kehutanan. Untuk di Aik Berik, sekitar 842 hektar, termasuk buat kawasan lindung (lansekap air) dan lereng serta khusus di kawasan air terjun dibebaskan sekitar 16 hektar. “Yang dimanfaatkan warga sekitar 600 hektar,” ujar dia.
Gerakan menanam pun digalakkan. Marwi menyerukan menanam pohon buah-buahan yang bisa bermanfaat bagi warga dan memiliki nilai konservasi. Pohon-pohon buah-buahan seperti manggis, durian, pala, dan hasil bisa dinikmati hingga kini. Di dalam hutan, warga mengisi dengan beragam tanaman, ada jati, raja mas, sengon, mahoni, durian, sampai pisang.
Namun Marwi merasa belum puas. Dia ingin kesejahteraan warga lebih baik, hutan lestari dan keragaman hayati terjaga. Jadi, katanya, perlu memperbanyak tanaman-tanaman yang bernilai konservasi tinggi, seperti raja mas, dan pala dan secara ekonomi bagus bagi warga. “Situasi ini dari sisi kelestarian seperti itulah. Saya belum puas. Memang, awalnya hutan negara, setelah degradasi baru jadi HKm. Setelah ada HKm, hutan mulai tertutup dan warga mulai berkecukupan.”
Jasa lingkungan
Desa Aik Berik sebagai sumber air di Lombok. Untuk itu, konservasi hutan harus berjalan baik agar pasokan air tak terganggu. Namun, warga Aik Berik, sebagai penjaga hutan dan ‘pemasok’ air, layak mendapatkan timbal balik atas upaya-upaya mereka. Alhasil, setelah proses panjang, akhirnya Peraturan Daerah soal Jasa Lingkungan, di Lombok Tengah, disahkan.
“Jadi ada hubungan hulu dan hilir. Jangan sampai kalau mau membangun nanti konflik. Jangan sampai masyarakat merasa cuma dieksploitasi, diminta memelihara. Biar hubungan baik antara pemakai dan penyedia maka lahir perda ini,” kata Marwi, juga salah satu Direktur Jasa Lingkungan yang dibentuk Pemerintah Lombok Tengah.
Untuk tindaklanjut perda, katanya, Pemerintah Lombok Tengah, sedang membentuk Lembaga Pengelola Jasa Lingkungan. Anggota dari lembaga ini, dari berbagai kalangan. Ada pemerintah, warga, akademisi hingga politisi. “Kami tak mau pemerintah karena ada resistensi. Kami ambil jalan tengah. Ada masyarakat, ada lembaga pendamping, ada perguruan tinggi, ada politisi dan birokrasi. Tak ada saling curiga karena donasi publik. Kalau pemerintah semua ada kecurigaan.”
Produk olahan warga
Beberapa tanaman buah dibuat produk olahan, seperti pala dan lobe-lobe. Produksi makanan olahan pala ini, menjadi salah satu usaha andalan kelompok perempuan. Sayangnya, upaya ini tidak dibarengi ketersediaan bahan baku cukup. Sebab, budidaya pohon pala belum banyak.
Data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lombok Tengah 2013, Kecamatan Batukliang, dan Kecamatan Batu Kliang Utara Kabupaten Lombok Tengah, merupakan salah satu sentra agroindustri dengan yang bahan baku dari daging buah pala mulai dodol dan manisan dan sirup serta olahan lain. Terdapat 15 unit usaha memproduksi 8.125 kg per tahun.
Sejalan dengan itu, Walhi NTB, juga mengembangkan kegiatan bersama warga di sekitar hutan, bagaimana menanam pohon agar bisa mendapatkan manfaat banyak bagi kesejahteraan dan hutan lebih terjaga. Pala pun menjadi tanaman pilihan untuk dikembangkan.
Mengapa memilih pala? “Pala ini semua bermanfaat. Dari akar yang kuat jadi bagus buat konservasi lahan, sampai buah dan biji bisa diolah beragam produk dan memiliki nilai ekonomi bagus,” kata Hj Sudiarti, Koordinator Pemberdayaan Perempuan Walhi NTB.
Pala merupakan tanaman multiguna karena setiap bagian bisa bermanfaat. Biji, fuli, dan minyak atsiri dari pala paling banyak diekspor, dan dipakai dalam industri makanan dan minuman. Minyak dari biji, fuli, dan daun untuk industri obat-obatan, parfum, dan kosmetik, serta lain-lain.
Di beberapa daerah, termasuk di NTB daging buah pala dibuang sebagai limbah setelah diambil biji dan fuli. Padahal, daging buah pala merupakan komponen terbesar dari pala segar (83,3%), dibanding fuli (3,22%), tempurung biji (3,94%), dan daging biji (9,54%).
Pala yang tumbuh di Lombok, jenis Myristica fragrans houtt. Saat ini, tanaman ini tersebar di hutan kawasan Gunung Rinjani di Lombok Tengah, namun jumlah makin berkurang karena banyak menganti dengan jenis tanaman produktif lain. Hingga kini, pala lebih banyak ditemukan di pemukiman dan pekarangan warga.
Meskipun begitu, bukan hal mudah membudidaya pala. Kendala paling besar di pembibitan yang lama tumbuh. Dalam dua bulan pembibitan, baru daun mulai muncul. Itupun hanya sebagian kecil dari yang disebar.
Bagi Marwi, pala punya prospek, peluang pasar dan konservasi bagus. “Lebih baik kita berbuat. Ini yang saya harapkan. Sekecil apapun anggaran, pokoknya berbuat. Ada gak ada program pemerintah kita jalan untuk berbuat.”
Penganan dari pala
Beberapa resep penganan dari pala ini yang sudah dikembangkan oleh para kelompok-kelompok perempuan di Sumbawa Utara, tepatnya di Kecamatan Batukliang, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Kelompok perajin perempuan ini memberikan pelatihan, sekaligus membuat beragam makanan dari pala untuk dipasarkan. Berikut beberapa resep itu.
Manisan Pala
> Bahan
Daging buah pala, gula pasir
> Cara membuat:
Daging pala dibagi dua, lalu direndam ke dalam air garam selama 2-3 hari. Tiriskan buah pala, kalau perlu jepit dengan kayu di pohon kelapa. Rendam buah ke air panas. Usahakan air sampai meluber, menutup semua buah. Lalu, tiriskan buah, jepit lagi. Kemudian, taburi pala dengan gula pasir, dengan urutan: gula–pala–gula-pala–gula. Tutup baskom dengan kain kasa atau kain tipis. Terakhir, jika ingin membuat manisan pala kering, jemur buah pala yang sudah ditabur gula pasir.
Selai/dodol pala
> Bahan
Daging pala 500 biji, gula pasir satu kg
> Cara membuat:
Rebus buah pala yang sudah dikupas kulit, kalau sudah mendidih dinginkan. Lalu buang air atau simpan, untuk dicampur dengan gula pada waktu merebus daging pala yang sudah dihaluskan. Ulangi tiga kali, untuk menghilangkan rasa asam pala. Lalu, blender daging sampai halus. Masak dengan air, dan campur gula. Agar bau sedang, beri bubuk kayu manis. Kemudian, agar awet, sering-sering dipanaskan atau dihangatkan, dan taburi lagi gula pasir hingga warna menjadi masak (warna tua, hitam atau merah). Dengan begitu, selai pala akan tahan selama berbulan-bulan.
Sirup Pala
> Bahan:
Air rebusan buah pala (pada saat pembuatan selai pala).
> Cara membuat:
Masak air rebusan dengan gula pasir (perbandingan satu liter air dengan satu kg gula). Tambahkan pewarna biar menarik. Untuk makanan sehari-hari, perempuan Banda suka menyajikan ikan atau telur tuna goreng dengan sambal pala. Nah, mau tahu cara membuat sambal pala?
Sambal Pala
Haluskan cabai, garam, dan pekasam/terasi sedikit. Lalu, masukkan kulit pala, giling sampai halus pelan-pelan, agar bercampur dengan sambal.