Diskusi sekaligus penutupan acara P2P (People to People) Exchange kerja sama antara WALHI, KPRI & TUK ini dilaksanakan pada hari Kamis, 25 Juli 2019 bertempat di kantor Eksekutif Nasional WALHI, Jakarta. Peserta diskusi berasal dari organisasi masyarakat sipil dan organisasi massa, serta peserta kegiatan P2P yang berasal dari Universitas Filipina, serikat petani Filipina, Laos, Thailand, dan organisasi anggota KPRI dari Jawa Barat, NTT, Medan dan DKI Jakarta. Total keseluruhan ada 24 perwakilan dari setiap organisasi massa yang hadir dalam diskusi publik menggagas konsep pembangunan alternatif di Asia Tenggara. Dari jumlah tersebut, ada 10 orang perempuan dan 14 orang peserta laki-laki.
Kegiatan diskusi dan konsolidasi ini memiliki tiga tujuan. Pertama, mendiskusikan kosep pembangunan alternatif berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan dan kelestarian lingkungan hidup. Kedua, membangun perspektif pembangunan alternatif organisasi dan gerakan rakyat di Asia Tenggara. Ketiga, mendiskusikan konsep pembangunan ideal yang sesuai dengan karakter masyarakat Asia Tenggara. Capaian dari kegiatan ini tidak secara khusus menjawab ketiga hal yang disebutkan di atas karena keterbatasan waktu. Sehingga, waktu yang tersisa dimanfaatkan untuk berbagi pengetahuan dari apa yang dipresentasikan oleh setiap organisasi dan pengalaman mereka selama di Cigalontang, Tasikmalaya, Jawa Barat. Diantaranya, perwakilan organisasi dari Thailand yang berbagi pengetahuan terkait bagaimana mengelola pertanian dengan memproduksi sendiri bibit-bibit padi lokal dan juga memproduksi sendiri pupuk tanpa bahan kimia. Meskipun demikian, mereka terancam dengan ekspansi perkebunan tebu skala besar yang akan merampas lahan mereka.
Kegiatan diskusi dan P2P KPRI-Universitas Filipina ditutup dengan pernyataan sikap bersama yang diwakili oleh Karl Happal terkait solidaritas antar sesama gerakan rakyat untuk terus berjuang melawan “Kapitalisme” di Asia Tenggara maupun Global.