Halo Sahabat WALHI
Buletin Bumi kembali hadir di tengah Sahabat semua dengan harapan kondisi bumi semakin membaik.
Buletin Bumi edisi Delapan Belas ini mengangkat tema ”Perempuan Meruwat Bumi“. Sebagai pengingat kita semua sahabat WALHI di Nusantara bahwa perjuangan menjaga kelestarian alam tidak pernah berhenti dilakukan. Ini bukan sebesar atau sekecil apa perjuangan itu kita lakukan, tapi sebagai bentuk kesadaran yang lahir dari komitmen untuk terus menjaga kelestarian alam.
Perempuan meruwat bumi sebagai refleksi perjuangan mempertahankan tanah air yang tak terpisahkan dengan peran-peran perempuan dalam kehidupan keluarga dan bernegara. Cerita Perjuangan Yu Sutinah dan perempuan lainnya di Kendeng, Jawa Tengah yang marah dan menolak ruang hidupnya direnggut oleh perusahaan semen, Perjuangan panjang ibu Nur dan warga menolak tambang emas di Beutong Ateuh Banggalang – Aceh, jejak perjuangan perempuan di lubuk Resam Bengkulu hingga cerita perlawanan ibu lela dan kelompok perempuan pulau pari mempertahankan tanah dan kehidupan mereka dari ancaman privatisasi. Cerita-cerita ini adalah sekelumit potret yang dialami perempuan sebagai akibat dari peralihan kendali penguasaan (kontrol) dan kepemilikan tanah, sumber daya alam, dan wilayah hidup dari rakyat khususnya perempuan di wilayah tersebut oleh perusahaan atau investasi yang tidak berpihak pada rakyat dan alam.
Meminjam filosofi masyarakat kendeng, “Bumi sebagai Ibu, yang bisa mencukupi segalanya. Kita tidak minta dikasih. Jadi untuk mencukupi semua kebutuhan makhluk ini kan adanya di bumi karenanya kita harus menjaga dan merawatnya” sebagai suntikan energi memperpanjang nafas untuk terus melawan dan berjuangan melestarikan bumi ini dengan gembira.
Yuk, unduh link berikut ini untuk bacaan lebih lengkap;
Buletin Bumi Edisi 18 Januari – Juli 2020