Siaran Pers 42 Tahun WALHI
42 Tahun Menegakan Kedaulatan Rakyat Atas Sumber-Sumber Kehidupan
Tidak terasa organisasi gerakan lingkungan hidup ini telah 2 (dua) tahun meninggalkan perjalanannya selama 4 (empat) dekade, dan kini merupakan tahun-tahun perjalanan WALHI menuju dekade ke 5 (lima). Perjalanan WALHI selama ini setidaknya telah mengalami 3 daur, yakni membangun kesadaran publik, membangun demokratisasi kekayaan alam, dan perluasan gerakan lingkungan hidup.
Dalam kesempatan ini WALHI ingin menyampaikan beberapa agenda yang tengah dilakukan dan merupakan proses perjalanan dari waktu ke waktu sebelumnya. Pertama, WALHI tengah dan terus mempromosikan model ekonomi rakyat sebagai jalan keluar Indonesia dari krisis ekologi. Model ekonomi yang hingga saat ini terus hidup di masyarakat di seluruh penjuru nusantara, yang terbukti berkeadilan dan berkelanjutan antar generasi. Model ekonomi ini juga memiliki daya pulih dan adaptif terhadap karakteristik sumber daya alam di Indonesia, yang terhubung dan saling terikat antara lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi. WALHI menyebutnya sebagai wilayah kelola rakyat.
Saat ini WALHI tengah bekerja bersama 150 ribu lebih kepala keluarga (KK) dengan luas wilayah 1.153.100 hektar. Pengelolaan (baca: perlindungan dan pengelolaan) wilayah oleh masyarakat ini tentunya memiliki sejarah yang sangat panjang, tentang bagaimana masyarakat terus mempertahankan ikatannya terhadap tanah, air, dan sumber daya didalamnya. Terutama dari ancaman dan praktik perampasan ruang oleh industri ekstraktif berbasiskan lahan dan ruang.
Kedua, di tengah laju krisis ekologi yang telah menghasilkan daya ancaman bencana ekologis yang semakin besar. WALHI tengah mempersiapkan generasi masa depan kepada orang muda yang akan menjadi aktor penyelamatan lingkungan hidup, melalui akademi ekologi. Akademi ini merupakan sebuah gerakan literasi yang kemudian menjadi aksi nyata orang muda dalam mewujudkan keadilan ekologis. Kelak di tahun 2045 Indonesia akan memiliki banyak pemimpin yang berpihak pada keadilan ekologis. Akademi ini juga merupakan tahap lanjutan atau daur dari proses pendidikan lingkungan hidup yang selama ini dibangun.
Ketiga, sulit untuk dihindari untuk tidak mengatakan bahwa apa yang dialami oleh kita generasi saat ini adalah buah dari praktik ekonomi dari generasi masa lalu yang menempatkan sumber daya alam hanya sebatas komoditas, dehumanisasi dengan salah satunya menjadikan manusia sebatas “konsumen”, mengesampingkan lingkungan hidup sebagai peri kehidupan. Puncaknya adalah kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup telah terakumulasi dan menjadi bencana ekologis. Untuk itu model ekonomi nusantara yang selama ini hidup dan berkembang di masyarakat sudah sepatutnya diberikan ruang sebagai model ekonomi Indonesia. Ekonomi nusantara ini juga merupakan bentuk upaya rakyat dalam melawan kepunahan ekologi.
Keempat, sebagai rumah gerakan rakyat, rumah 504 anggota forum dan 29 kantor yang tersebar di 28 provinsi, WALHI akan terus menegakkan konstitusi dan menegakan kedaulatan rakyat atas sumber-sumber kehidupan. Para pejuang dan aktivitis yang mempertahankan wilayahnya dari ancaman bencana ekologis dan pengurasakan lingkungan hidup belum dilihat oleh penyelenggara negara sebagai bentuk mempertahankan sumber-sumber kehidupan. Padahal kedaulatan bangsa sangat ditentukan bagaimana akses dan kontrol rakyat terhadap sumber daya alam. Dengan demikian, jika kriminalisasi terhadap para pejuang dan aktivis lingkungan hidup dan HAM masih dilakukan, sama halnya dengan menghentikan rakyat untuk selamat dari bencana ekologis.
42 tahun ini adalah bukanlah dimaksudkan untuk merayakan capaian WALHI, melainkan memperingati dan memberikan penghargaan setinggi-tingginya kepada seluruh rakyat Indonesia yang telah mempertahankan dengan mengelola dan melindungi sumber-sumber kehidupan, serta segenap elemen yang terlibat dalam gerakan lingkungan hidup di Indonesia.
Sebagai sebuah momentum, 15 Oktober 2022 WALHI bertujuan ingin mengingatkan dan memperingati kepada semua yang telah mengambil bagian dan peran dalam gerakan penyelamatan lingkungan hidup bahwa kita generasi saat ini tidak memiliki waktu yang memadai, didesak oleh krisis iklim, kepunahan spesies dan sumber-sumber kehidupan manusia yang semakin luas. Namun kita masih memiliki kesempatan untuk bergandeng erat, saling mengingatkan, saling membantu, dan saling menggagas ide yang kemudian kita transformasikan bersama menjadi praktik-praktik perubahan.
Untuk itu, Pada kesempatan ini, kita kembali mengajak segenap elemen bangsa untuk bergandeng erat, saling mengingatkan, saling membantu, dan saling menggagas ide yang kemudian kita transformasikan bersama menjadi praktik-praktik perubahan.
Salam Adil dan Lestari!
Narahubung:
Fathur Roziqin Fen – Ketua Pelaksana Hari Ulang Tahun 42 Walhi
[email protected] 08115448002